Pengumuman penting :
Mulai sekarang, dokterkiky.wordpress.com pindah rumah ke dokterkiky.com
Jadi, yang berkunjung ke sini, silahkan ke alamat barunya ya! Terima kasih telah menjadi pembaca blog saya. 🙂
Pengumuman penting :
Mulai sekarang, dokterkiky.wordpress.com pindah rumah ke dokterkiky.com
Jadi, yang berkunjung ke sini, silahkan ke alamat barunya ya! Terima kasih telah menjadi pembaca blog saya. 🙂
Hai, apa kabarmu di sana, Ndra? Ah, ini pertanyaan yang sangat klasik untuk memulai sebuah surat. Kau tahu? Aku sudah tak pernah lagi menulis surat untuk seseorang sejak duduk di bangku sekolah dasar dulu. Itupun karena ditugaskan untuk memiliki seorang sahabat pena. Aku menulis ini karena aku tak tahu bagaimana lagi cara menggapaimu, meraihmu, berkomunikasi denganmu, selain dalam tiap doa yang kupanjatkan untuk dirimu.
Aku sangat ingin untuk bisa mengatakan, bahwa tak terasa sudah satu bulan lamanya kau pergi meninggalkan kami dan tak mungkin kembali lagi. Namun, nyatanya tak demikian. Waktu terasa begitu lambat berlalu. Tiap detik yang kuhabiskan ketika mengingatmu sungguh teramat menyiksa. Dan aku yakin, itupun dirasakan oleh sahabat-sahabatmu yang lain, yang juga mencintaimu. Continue reading
Saya hampir tak pernah menonton televisi. Melihat beritapun hanya melalui berbagai media daring. Setahun lalu, ketika mendengar teman-teman yang heboh karena seseorang yang bernama Dijah Yellow, entah itu hanya sekadar nama beken atau memang ia dilahirkan dengan nama yang unik, sayapun mencari tahu. Apakah ada di antara kalian yang tak tahu siapa itu Dijah Yellow? Jika ada, artinya bukan hanya saya yang tak gaul karena tak mengenalnya. Hehehe…
Sekadar informasi tambahan, Dijah Yellow adalah sesosok perempuan yang membuat heboh dunia media sosial dengan kata-katanya yang membenci Agnes Monica, Ayu Tingting dan juga Raisa. Sifatnya yang super percaya diri membuatnya mendeklarasikan diri sebagai kekasih Justin Bieber. Mengetahui hal tersebut, terlintaslah dalam pikiran, sepertinya ia mengalami suatu gangguan jiwa. Saya langsung teringat dengan sebuah film yang telah lama sekali saya tonton ketika baru saja menyandang predikat mahasiswa kedokteran. Continue reading
Masih lekat di ingatan saat kau meneleponku sore itu. Hujan. Sangat deras. Dan tentu saja dingin. Aku masih di Sorong. Berlibur di rumah orang tuaku, sekaligus menanti pengumuman UKMPPD yang sangat mendebarkan. Kau meneleponku. Bertanya apa kabarku. Ah, itu pertanyaan biasa yang kau tanyakan padaku setiap minggunya. Aku pun menjawab baik saja. Kita pun mulai bercerita. Mulai dari hal yang remeh hingga yang paling remeh. Oke, kita berdua memang jarang membahas sesuatu yang serius. Namun sore itu, kau sepertinya agak gelisah.
Continue reading
Kau terbangun di tengah malam yang gelap. Matamu terbuka, kau menyadari keadaan sekitarmu, namun sedikitpun kau tak mampu menggerakkan tubuh. Kau merasakan ada seseorang atau sesuatu yang tengah memperhatikanmu di ruang tidurmu. Kau tak dapat melihatnya. Kau hanya merasakannya. Kau tak berdaya dan semakin ketakutan. Lalu, kau melihat sesuatu yang mendekatimu, sesuatu dengan bentuk tak jelas, sesuatu yang menyerupai manusia. Tiba-tiba beban yang sangat berat menindih dadamu, menekanmu hingga kau sulit untuk bernapas, kau terengah berusaha untuk mengambil udara sebanyak kau bisa, kau bahkan merasa seperti ajal siap menjemputmu.
Mungkin seperti itulah kalimat yang bisa mendeskripsikan perasaan orang yang mengalami “ketindisan”. Jujur, saya belum pernah mengalami hal yang demikian, namun mendengar seorang sahabat yang beberapa kali mengalaminya, saya jadi bersyukur saya tak pernah mengalami gangguan tidur yang demikian. Continue reading
Judul Buku : Puya ke Puya
Penulis : Faisal Oddang
ISBN : 978-979-91-0950-7
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Penyunting : Christina M. Udiani
Ilustrasi Sampul : Pramoe Aga
Perancang Sampul : Teguh Erdyan
Penataletak : Dadang Kusmana
Tanggal Terbit : Oktober 2015
Harga : Rp55.000,00
Tebal : 215 halaman
Puya ke Puya—Novel yang menceritakan tentang aluk atau adat Toraja dalam mempersiapkan pemakaman untuk menuju puya (alam baka), ternyata ditulis oleh seorang yang masih sangat muda. Padahal, kebanyakan penulis muda yang saya baca tulisannya hanya menuliskan tentang kisah percintaan atau teenlit dan bukannya mengenai adat yang menurut saya agak ‘berat’. Continue reading
Ketika mendengar kata patah hati, kebanyakan orang akan menggambarkan simbol hati dengan garis bergerigi di tengahnya. Bahkan menyangkutpautkan dengan kalimat kiasan bahwa “cinta ini membunuhku” seperti lirik lagu yang dinyanyikan oleh salah satu band Indonesia.
Patah hati memang hal yang biasa dialami oleh setiap orang yang tengah dimabuk cinta. Ketika jatuh cinta rasanya selalu bahagia, seperti terbang ke atas awan dan melambung tinggi. Namun, ketika patah hati, rasanya seperti diempaskan kembali ke bumi. Sungguh berat rasanya, bernapas pun tak sanggup, seperti mau mati saja dan kemudian muncul istilah seperti tanda kutip di atas.
Continue reading
Mengingatmu…
Ah, rasanya sudah lama sekali. Seperti hujan yg menitikkan tetesnya dalam dahaga kemarau panjang. Lupa akan rasanya. Terlalu lampau untuk diingat. Samar dalam bayangan.
Tepat pukul tujuh pagi, kami semua telah berkumpul di kantin asrama. Bukan karena kelaparan (meskipun kami memang lapar) tapi itu instruksi dari pak direktur. Jarak antara rumah tempat kami menginap dengan kantin tak terlalu jauh, hanya sekitar 100 meter saja. Sesampainya di sana, kami melihat para polisi tersebut masih melaksanakan apel pagi. Rencana perjalanan yang harusnya di mulai pukul delapan pagi, akhirnya molor hingga satu jam kemudian karena menunggu peralatan dan kapal karet yang akan dibawa ke lokasi.
Continue reading
“Eh, ada yang mau jadi tim medis polair untuk sail tomini?”
Itulah bunyi pesan yang dikirimkan oleh seorang teman di grup line kelompok kami. Jujur, saya sama sekali tak tahu dan tak memiliki gambaran mengenai apa itu Sail Tomini, tetapi karena hampir semua teman saya di grup line tersebut mendaftarkan diri, akhirnya saya pun melakukannya. Hanya jadi tim medis kan? Itu pekerjaan yang sudah biasa kami lakukan.
Continue reading